26 Juli 2012

Pesan Nabi Muhammad Kepada Umat Islam


Adalah menarik bagi kita umat Islam untuk kembali merenungkan wasiat Rasulullah saw dalam kesempatan Hajjul Wida kepada umat Islam. Dari apa yang dinasehatkan dan bagaimana faktanya pengamalannya. Dengan membaca kembali wasiat tersebut kita bisa membandingkan sejauh mana wasiat itu dilaksanakan oleh umat Islam dan lebih dari itu, bisa menjadi bahan introspeksi diri kita sendiri dalam hal pengamalannya.

Dalam kesempatan Hajjul Wida, Rasulullah saw yang dihadiri lebih dari 100.000 orang dari berbagai negeri yang jauh pada waktu itu bersabda:

“Ya ummatku, ya ummatku, sebentar lagi saya akan berjumpa dengan Allah, dan kalianpunsuatu saat nanti akan berjumpa dengan Allah. Dan apabila nanti kalian berjumpa dengan Allah maka Allah taala akan bertanya kepada kalian, ‘Hai hamba-Ku, selama kalian hidup di dunia, amal baik apa saja yang kalian lakukan?’
Oleh sebab itu setelah aku meninggalkan dunia yang fana ini, janganlah kalian murtad, janganlah kalian menjadi orang musyrik, janganlah jadi pembangkang, janganlah menjadi perusuh, janganlah menjadi pembuat onar, janganlah menjadi penyebar gosip, isu, ghibat, fitnah. Janganlah menhadi pendusta, janganlah menjadi orang yang selalu menanamkan tali perpecahan, janganlah menjadi orang yang mudah iri hati, karena semua itu perbuatan setan dan hukumnya dosa yang sangat besar.

Jadilah kalian orang yang senantiasa bermanfaat bagi keluarga, bagi masyarakat, jadilah kalioan rahmat bagi yang lain, jadilah kalian juru selamat bagi dunia ini, jadilah kalian wujud yang penuh setia kepada sang Maha Pencipta, Allah Yang Maha Besar, jadilah kalian wujud yang selalu menghormati serta menghargai agama Islam ini, hiduplah dengan merendah diri, beradat lembut, berbudi halus. Kerjakanlah semua itu dengan tulus ikhlas dan dengan penuh ridho semata-mata karena Ilahi.

Hai umatku, apakah amanat Allah taala yang aku terima dan telah kusampaikam semua kepada kalian semuanya telah mengerti?”
Mereka menjawab: “Labbaik”
“Apakah sudah jelas?”
Mereka menjawab, “Labbaik”
“Hai umatku, Allah taala menjadi saksi atas pernyataan ini”.
Amanah diatas sebenarnya tidak terbatas hanya kepada para sahabat awwalin saja, tetapi termasuk juga kita yang menamakan diri sebagai muslim. Dan sudahkah kita mengatakan “labbaik” terhadap amanah diatas?
Garis besar dari amanah diatas adalah penguatan iman, yang dilakukan dengan cara menghindari bentuk-bentuk kejahatan yang bisa menghancurkan masyarakat. Dan melakukan kebaikan yang membawa kemaslahatan umum. Dan semua itu dilakukan dengan penuh setia pada Allah dan keikhlasan semata-mata karena Allah.
Pentingnya Rahmat Ilahi Dalam Mengamalkan Akhlak dan Amanah Rasulullah

Bagaimana cara kita agar bisa menerapkan akhlak Rasulullah dan amanah-amanah beliau? Dari amanah tersebut sebenarnya kita bisa melihat bahwa akhlak hasanah Rasulullah saw baru bisa diamalkan bila kita menarik rahmat ilahi, sebab tanpa karunia-Nya kita yang lemah ini tidak mungkin bisa mengamalkan amanat-amanat beliau saw yang sangat mulia tersebut, sebab amanah-amanah beliau itu bisa menjadi juru selamat bagi diri kita dan keturunan kita. Jadi, hanya dengan rahmat dan karunia dari Allah ta’ala barulah kita bisa mengamalkan akhlak hasanah Rasulullah saw. Dengan demikian yang pertama-tama kita lakukan adalah carilah rahmat Tuhan, lagilah kepada Allah ta’ala siang dan malam dengan sungguh-sungguh agar Tuhan menjadi sahabat kita dan agar Tuhan menjadi milik kita.
Dan membangun akhlak Rasulullah saw harus dimulai dari lingkungan rumah kita sendiri. Sebab kalau bangunan akhlak hasanah Rasulullah saw dalam rumah kita tidak benar maka bagaimana mungkin kita akan merubah dunia? Cahaya yang dimiliki oleh orang-orang yang mengamalkan akhlak Rasulullah saw akan lebih terang, dan cahaya tersebut akan menerangi alam sekitarnya.
Terima Kasih. Semoga Bermanfaat. :)

9 Doa Dalam Mencari Malam Lailatul Qadar


Allah Ta 'ala berfirman :
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) saat Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala uuusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. "(Al-Qadr: 1-5),
 
Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan. Allah Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi."(Ad-Dukhaan: 3)

Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah Ta 'ala. Juga, karena pada saat itu ditentukan ajal, rizki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah :
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. "  (Ad-Dukhaan: 4).

Lalu Allah memberitahukan keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk Jibril 'alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara, kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah. Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya :
"Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar" (Al-Qadar: 5)

Dalam hadits shahih Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda :
"Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
 
Tentang waktunya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. " (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya). 

Jika Anda telah mengetahui keutamaan-keutamaan malam yang agung ini, dan ia terbatas pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan maka seyogyanya Anda bersemangat dan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari malam-malam tersebut, dengan shalat, dzikir, do'a, taubat dan istighfar. Mudah-mudahan dengan demikian Anda mendapatkan Lailatul Qadar, sehingga Anda berbahagia dengan kebahagiaan yang kekal yang tiada penderitaan lagi setelahnya Di malam-malam tersebut, hendaknya Anda berdo'a dengan do'a-do'a bagi
kebaikan dunia-akhirat, di antaranya :
1.  "Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan penjaga urusanku, dan perbaikilah untukku duniaku yang di dalamnya adalah kehidupanku, dan perbaikilah untukku akhiratku yang kepadanya aku kembali, dan jadikanlah kehidupan (ini) menambah untukku dalam setiap kebaikan, dan kematian menghentikanku dari setiap kejahatan. Ya Allah bebaskanlah aku dari (siksa) api Neraka, dan lapangkanlah untukku rizki yang halal, dan palingkanlah daripadaku kefasikan jin dan manusia, wahai Dzat Yang Hidup dan terus menerus mengurus (makhluk-Nya)"

2.  "Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa Neraka. Wahai Dzat Yang Hidup lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), wahai Dzat Yang Memiliki Keagungan dan Kemulyaan. "

3.  "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon hal-hal yang menyebabkan (turunnya) rahmat-Mu, ketetapan ampunan-Mu, keteguhan dalam kebenaran dan mendapatkan segala kebaiikan, selamat dari segala dosa, kemenangan dengan (mendapat) Surga serta selamat dari Neraka. Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurusi makhluk-Nya, Wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. "

4.  "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu pintu-pintu kebajikan, kesudahan (hidup) dengannya serta segala yang menghimpunnya, secara lahir-batin, di awal maupun di akhirnya, secara terang- terangan maupun rahasia. YaAllah, kasihilah keterasinganku di dunia dan kasihilah kengerianku di dalam kubur serta kasihilah berdiriku di  hadapanmu kelak di akhirat. Wahai Dzat Yang Mahahidup, yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. "

5.  "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, 'afaaf (pemeliharaan dari segala yang tidak baik) serta kecukupan. "

6.  "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, mencintai pengampunan maka ampunilah aku. "

7.  "Ya Allah, aku mengharap rahmat-Mu maka janganlah Engkau pikulkan (bebanku) kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata, dan perbaikilah keadaanku seluruhnya, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. "

8.  "Ya Allah, jadikanlah kebaikan sebagai akhir dari semua urusan kami, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat. "

9.  "Ya Tuhan kami, terimalah (permohonan) kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang Maha Hidup, yang memiliki keagungan dan kemuliaan. "
Terima Kasih. Semoga Bermanfaat. :)

Hukum Shalat di Masjid yang Ada Kuburan nya


Mengenai hadits-hadits di atas, Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah membawakannya dalam Kitab Tauhid dalam Bab “Peringatan keras terhadap siapa yang beribadah kepada Allah di sisi kubur orang sholeh, lebih-lebih jika beribadah kepada orang sholeh tersebut”. Penulis Fathul Majid, Syaikh ‘Abdurrahman Alu Syaikh berkata, “Jika seseorang beribadah pada orang sholeh (yang ada dalam kubur, pen), maka perbuatan tersebut adalah syirik akbar. Sedangkan beribadah kepada Allah di sisi kubur orang sholeh adalah wasilah (perantara) untuk beribadah padanya dan ini adalah termasuk perantara kepada syirik yang diharamkan. Beribadah di sisi kuburan orang sholeh dapat mengantarkan kepada syirik akbar. Dan itu adalah sebesar-besarnya dosa” (Fathul Majid, hal. 243).
Penjelasan hadits-hadits di atas menunjukkan larangan shalat di masjid yang ada kubur. Apalagi bertambah jelas dengan penjelasan Syaikh Muhammad*At Tamimi dan Syaikh ‘Abdurrahman Alu Syaikh -rahimahumallah- mengenai penafsiran hadits-hadits di atas.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa yang dimaksud menjadikan kubur sebagai masjid ada dua makna:
1. Membangun masjid di atas kubur.
2. Menjadikan kubur sebagai tempat untuk shalat, di mana kubur menjadi maksud (tujuan) ibadah. Namun jika seseorang shalat di sisi kubur dan tidak menjadikan kubur sebagai maksud (tujuan), maka ini tetap bermakna menjadikan kubur sebagai masjid dengan makna umum. (Al Qoulul Mufid, 1: 411)
Kami pernah mengajukan pertanyaan pada Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah mengenai kasus suatu masjid, yaitu masjid tersebut terdapat satu kuburan di arah kiblat namun di balik tembok, di mana kuburan tersebut masih masuk halaman masjid, bagaimana hukum shalat di masjid semacam itu?
Jawaban beliau hafizhohullah, “Jika kuburan tersebut masih bersambung (muttashil) dengan masjid (artinya: masih masuk halaman masjid), maka tidak boleh shalat di masjid tersebut. Namun jika kuburan tersebut terpisah (munfashil), yaitu dipisah dengan jalan misalnya dan tidak menunjukkan bersambung dengan masjid (artinya bukan satu halaman dengan masjid), maka boleh shalat di masjid semacam itu”. (Durus Syaikh Sholeh Al Fauzan, Al Muntaqo).
Al Lajnah Ad Daimah, komis fatwa di Saudi Arabia menjelaskan,
إذا كان المسجد مبنيًا على القبر فلا تجوز الصل�$A7ة فيه وكذلك إذا دفن في المسجد أحد بعد بنائه ، ويجب نقل المقبور فيه إلى المقابر العامة إذا أمكن ذلك ؛ لعموم الأحاديث الدالة على تحريم الصلاة في المساجد التي فيها قبور .
“Jika masjid dibangun di atas kubur, maka tidak boleh shalat di masjid seperti itu. Begitu pula jika di dalam masjid dikubur seseorang setelah masjid dibangun, maka tidak boleh shalat di masjid semacam itu. Wajib memindahkan mayit yang dikubur ke pemakaman umum karena hal ini ditunjukkan oleh hadits yang mengharamkan shalat di masjid yang ada kubur.” (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 4335)
Bagaimana dengan Masjid Nabawi?
Sebagian orang menyampaikan syubhat mengenai masjid Nabawi (di kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Madinah). Jika memang shalat di masjid yang ada kubur terlarang, lantas bagaimana dengan keadaan masjid Nabawi itu sendiri? Bukankah di dalamnya ada kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah mengatakan bahwa syubhat ini adalah talbis, yaitu ingin menyamarkan manusia. (Durus Syaikh Sholeh Al Fauzan, Al Muntaqo).
Cukup, syubhat di atas dijawab dengan penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin berikut ini:
1. Masjid Nabawi tidaklah dibangun di atas kubur. Bahkan yang benar, masjid Nabawi dibangun di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup.
2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah di kubur di masjid sehingga bisa disebut dengan orang sholeh yang di kubur di masjid. Yang benar, beliau dikubur di rumah beliau.
3. Pelebaran masjid Nabawi hingga sampai pada rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rumah ‘Aisyah bukanlah hal yang disepakati oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Perluasan itu terjadi ketika sebagian besar sahabat telah meninggal dunia dan hanya tersisa sebagian kecil dari mereka. Perluasan tersebut terjadi sekitar tahun 94 H, di mana hal itu tidak disetujui dan disepakati oleh para sahabat. Bahkan ada sebagian mereka yang mengingkari perluasan tersebut, di antaranya adalah seorang tabi’in, yaitu Sa’id bin Al Musayyib. Beliau sangat tidak ridho dengan hal itu.
4. Kubur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah di masjid, walaupun sampai dilebarkan. Karena kubur beliau di ruangan tersendiri, terpisah jelas dari masjid. Masjid Nabawi tidaklah dibangun dengan kubur beliau. Oleh karena itu, kubur beliau dijaga dan ditutupi dengan tiga dinding. Dinding tersebut akan memalingkan orang yang shalat di sana menjauh dari kiblat karena bentuknya segitiga dan tiang yang satu berada di sebelah utara (arah berlawanan dari kiblat). Hal ini membuat seseorang yang shalat di sana akan bergeser dari arah kiblat. (Al Qoulul Mufid, 1: 398-399)
Demikian bahasan kami mengenai hukum shalat di masjid yang ada kubur. Yang nampak dari dalil, bahwa shalat di tempat semacam itu adalah haram. Adapun mengenai kesahan shalat di masjid yang ada kubur, butuh dibahas dalam bahasan lainnya.
Semoga Allah beri hidayah demi hidayah. Wallahu waliyyut taufiq.
Terima Kasih. Semoga Bermanfaat. :)