SAMURAI
Senin, 5 desember 2011
Samurai (侍 atau 士?) adalah istilah untuk perwira militer
kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Kata
"samurai" berasal dari kata kerja "samorau" asal bahasa
Jepang kuno, berubah menjadi "saburau" yang berarti
"melayani", dan akhirnya menjadi "samurai" yang bekerja
sebagai pelayan bagi sang majikan.
Istilah yang lebih tepat adalah bushi (武士) (harafiah: "orang
bersenjata") yang digunakan semasa zaman Edo.
Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari
kalangan bangsawan, dan bukan contohnya, ashigaru atau
tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak terikat dengan klan
atau bekerja untuk majikan ( daimyo) disebut ronin (harafiah:
"orang ombak"). Samurai yang bertugas di wilayah han disebut
hanshi.
Samurai harus sopan dan terpelajar, dan semasa Keshogunan
Tokugawa berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan
mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya
adalah kakitangan umum bagi daimyo, dengan pedang mereka
hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi Meiji pada akhir
abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda dan
digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat.
Bagaimanapun juga, sifat samurai yang ketat yang dikenal
sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang
masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain.
Etimologihttp://unilahistoria.blogspot.com/2011/10/entre-maria-e-
marianne-figura-feminina.html
Perkataan samurai berasal pada sebelum zaman Heian di
Jepang di mana bila seseorang disebut sebagai saburai, itu
berarti dia adalah seorang suruhan atau pengikut. Hanya pada
awal zaman modern, khususnya pada era Azuchi-Momoyama
dan awal periode/era Edo pada akhir abad ke-16 dan awal
abad ke-17 perkataan saburai bertukar diganti dengan
perkataan samurai. Bagaimanapun, pada masa itu, artinya
telah lama berubah.
Pada era pemerintahan samurai, istilah awal yumitori
(“pemanah”) juga digunakan sebagai gelar kehormat bagi
sejumlah kecil panglima perang, walaupun pemain pedang telah
menjadi lebih penting. Pemanah Jepang (kyujutsu), masih
berkaitan erat dengan dewa perang Hachiman.
Berikut adalah beberapa istilah lain samurai.
Buke (武家) – Ahli bela diri
Kabukimono - Perkataan dari kabuku atau condong, ia
merujuk kepada gaya samurai berwarna-warni.
Mononofu (もののふ) - Istilah silam yang berarti panglima.
Musha (武者) - Bentuk ringkasan Bugeisha (武芸者),
harafiah. pakar bela diri.
Si (士) - Huruf kanji pengganti samurai.
Tsuwamono (兵) - Istilah silam bagi tentara yang ditonjolkan
oleh Matsuo Basho dalam haiku terkemukanya. Arti
harafiahnya adalah orang kuat.
Senjata
Samurai menggunakan beberapa macam jenis senjata, tetapi
katana adalah senjata yang identik dengan keberadaan
mereka, Dalam Bushido diajarkan bahwa katana adalah roh dari
samurai dan kadang-kadang digambarkan bahwa seorang
samurai sangat tergantung pada katana dalam pertempuran.
Mereka percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi
kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk
katana tidak dikenal sampai massa Kamakura (1185–1333),
sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal sebagai tachi
dan uchigatana, Dan katana sendiri bukan menjadi senjata
utama sampai massa Edo.
Apabila seorang anak mancapai usia tiga belas tahun, ada
upacara yang dikenali sebagai Genpuku. Anak laki-laki yang
menjalani genpuku mendapat sebuah wakizashi dan nama
dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan
dia diberi hak untuk mengenal katana walaupun biasanya diikat
dengan benang untuk menghindari katana terhunus dengan
tidak sengaja. Pasangan katana dan wakizashi dikenali sebagai
Daisho, yang berarti besar dan kecil.
Senjata samurai yang lain adalah yumi atau busur komposit dan
dipakai selama beberapa abad sampai masa masuknyah
senapan pada abad ke-16. Busur komposit model Jepang
adalah senjata yang bagus. Bentuknya memungkinkan untuk
digunakan berbagai jenis anak panah, seperti panah berapi
dan panah isyarat yang dapat menjangkau sasaran pada jarak
lebih dari 100 meter, bahkan bisa lebih dari 200 meter bila
ketepatan tidak lagi diperhitungkan, Senjata ini biasanya
digunakan dengan cara berdiri di belakang Tedate (手盾) yaitu
perisai kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan dengan
menunggang kuda. Latihan memanah di belakang kuda menjadi
adat istiadat Shinto, Yabusame (流鏑馬). Dalam pertempuran
melawan penjajah Mongol, busur komposit menjadi senjata
penentu kemenangan, Pasukan Mongol dan Cina pada waktu
itu memakai busur komposit dengan ukuran yang lebih kecil,
apalagi dengan keterbatasannya dalam pemakaian pasukan
berkuda.
kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Kata
"samurai" berasal dari kata kerja "samorau" asal bahasa
Jepang kuno, berubah menjadi "saburau" yang berarti
"melayani", dan akhirnya menjadi "samurai" yang bekerja
sebagai pelayan bagi sang majikan.
Istilah yang lebih tepat adalah bushi (武士) (harafiah: "orang
bersenjata") yang digunakan semasa zaman Edo.
Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari
kalangan bangsawan, dan bukan contohnya, ashigaru atau
tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak terikat dengan klan
atau bekerja untuk majikan ( daimyo) disebut ronin (harafiah:
"orang ombak"). Samurai yang bertugas di wilayah han disebut
hanshi.
Samurai harus sopan dan terpelajar, dan semasa Keshogunan
Tokugawa berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan
mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya
adalah kakitangan umum bagi daimyo, dengan pedang mereka
hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi Meiji pada akhir
abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda dan
digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat.
Bagaimanapun juga, sifat samurai yang ketat yang dikenal
sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang
masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain.
Etimologihttp://unilahistoria.blogspot.com/2011/10/entre-maria-e-
marianne-figura-feminina.html
Perkataan samurai berasal pada sebelum zaman Heian di
Jepang di mana bila seseorang disebut sebagai saburai, itu
berarti dia adalah seorang suruhan atau pengikut. Hanya pada
awal zaman modern, khususnya pada era Azuchi-Momoyama
dan awal periode/era Edo pada akhir abad ke-16 dan awal
abad ke-17 perkataan saburai bertukar diganti dengan
perkataan samurai. Bagaimanapun, pada masa itu, artinya
telah lama berubah.
Pada era pemerintahan samurai, istilah awal yumitori
(“pemanah”) juga digunakan sebagai gelar kehormat bagi
sejumlah kecil panglima perang, walaupun pemain pedang telah
menjadi lebih penting. Pemanah Jepang (kyujutsu), masih
berkaitan erat dengan dewa perang Hachiman.
Berikut adalah beberapa istilah lain samurai.
Buke (武家) – Ahli bela diri
Kabukimono - Perkataan dari kabuku atau condong, ia
merujuk kepada gaya samurai berwarna-warni.
Mononofu (もののふ) - Istilah silam yang berarti panglima.
Musha (武者) - Bentuk ringkasan Bugeisha (武芸者),
harafiah. pakar bela diri.
Si (士) - Huruf kanji pengganti samurai.
Tsuwamono (兵) - Istilah silam bagi tentara yang ditonjolkan
oleh Matsuo Basho dalam haiku terkemukanya. Arti
harafiahnya adalah orang kuat.
Senjata
Samurai menggunakan beberapa macam jenis senjata, tetapi
katana adalah senjata yang identik dengan keberadaan
mereka, Dalam Bushido diajarkan bahwa katana adalah roh dari
samurai dan kadang-kadang digambarkan bahwa seorang
samurai sangat tergantung pada katana dalam pertempuran.
Mereka percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi
kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk
katana tidak dikenal sampai massa Kamakura (1185–1333),
sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal sebagai tachi
dan uchigatana, Dan katana sendiri bukan menjadi senjata
utama sampai massa Edo.
Apabila seorang anak mancapai usia tiga belas tahun, ada
upacara yang dikenali sebagai Genpuku. Anak laki-laki yang
menjalani genpuku mendapat sebuah wakizashi dan nama
dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan
dia diberi hak untuk mengenal katana walaupun biasanya diikat
dengan benang untuk menghindari katana terhunus dengan
tidak sengaja. Pasangan katana dan wakizashi dikenali sebagai
Daisho, yang berarti besar dan kecil.
Senjata samurai yang lain adalah yumi atau busur komposit dan
dipakai selama beberapa abad sampai masa masuknyah
senapan pada abad ke-16. Busur komposit model Jepang
adalah senjata yang bagus. Bentuknya memungkinkan untuk
digunakan berbagai jenis anak panah, seperti panah berapi
dan panah isyarat yang dapat menjangkau sasaran pada jarak
lebih dari 100 meter, bahkan bisa lebih dari 200 meter bila
ketepatan tidak lagi diperhitungkan, Senjata ini biasanya
digunakan dengan cara berdiri di belakang Tedate (手盾) yaitu
perisai kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan dengan
menunggang kuda. Latihan memanah di belakang kuda menjadi
adat istiadat Shinto, Yabusame (流鏑馬). Dalam pertempuran
melawan penjajah Mongol, busur komposit menjadi senjata
penentu kemenangan, Pasukan Mongol dan Cina pada waktu
itu memakai busur komposit dengan ukuran yang lebih kecil,
apalagi dengan keterbatasannya dalam pemakaian pasukan
berkuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar